Islam Hanya Akan Tegak Dengan Dakwah dan Jihad

Islam Hanya Akan Tegak Dengan Dakwah dan Jihad
 
Kamis, 29/09/2011 16:50 WIB | Arsip | Cetak

Sungguh sebuah pengalaman berharga ketika kami menjenguk Ustadz Abu. Dari ustadz Abu, kita banyak belajar bagaimana mempertahankan prinsip ditengah zaman penuh fitnah ini. Bahwa kebenaran tidak boleh dicampur dengan kebathilan. “Kita tidak boleh sekali-kali berkompromi dengan kemusyrikan untuk menegakkan Islam.” Pesan Ustadz yang pernah terpilih menjadi Ketua Gerakan Pemuda Islam tahun 1961 ini.
Menurut Ustadz Abu, semakin banyak ormas Islam dan Partai Islam masuk ke parlemen tidak akan membawa manfaat bagi kejayaan Islam. Parlemen bukanlah media yang tepat sebagai sarana meneggakkan agama Allah di muka bumi ini. Kenyataannya, berjalannya transisi demokrasi pasca reformasi tidak lantas membuat Islam bangun dari tidur panjangnya. “Memang menurut saudara menegakkan Islam lewat parlemen bisa?” tanya tahanan Mabes Polri ini kepada kami semua. “Semakin hari umat semakin banyak difitnah. Membubarkan Jaringan Iblis JIL saja dari dulu tidak bisa.” Sambungnya.
Oleh karenanya, pria yang sempat aktif di Himpunan Mahasiswa Islam ini secara tegas menampik jalan demokrasi sebagai jalan perjuangan, apalagi perlawanan. Sebab demokrasi adalah ideologi musyrik yang mengambil peran Allah untuk membuat hukum. “Demokrasi itu ideologi kurang ajar. Perintah Allah kok nanti dulu. Perintahnya Allah minta izin manusia. Ini kan kurang ajar. Yang benar manusia mau bikin aturan, harus minta izin dulu ke Allah. Ini enggak, Allah yang minta izin ke DPR. Faham saudara?” tambah Ustadz yang sudah memasuki usia diatas 70 tahun ini.
“Allah menurunkan Islam ke muka bumi itu juga dengan resep dan cara mengamalkannya. Ibarat dokter memberi obat juga dengan petunjuk cara meminumnya. Mau minum seenaknya? Ya sudah mati saja,” Paparnya disambut gelak tawa kalangan umat muslim yang hadir menjenguknya,
Tidak hanya Demokrasi yang menjadi kritikan Ustadz Abu, alumni Fakultas Dakwah Universitas Al Irsyad Solo ini juga menyoroti Pancasila yang digandrungi umat muslim dan tokoh-tokoh muslim. Menurutnya Pancasila adalah faham yang tidak padan dengan petunjuk Allah. Maka hukum Pancasila juga setali tiga uang dengan demokrasi. “Pancasila haram diamalkan bagi umat muslim. Kita tidak menerima kecuali Islam.”
Dalam pandangan Ustadz Abu, Islam hanya akan berkuasa dengan jalan yang diridhai Allah, yakni dakwah dan jihad. Syariat Islam hanya akan sempurna dilaksanakan jika umat Islam berada dalam sebuah naungan Daulah Islamiyah. Kita bisa belajar dari shirah nabawiyah ketika Rasulullah belum juga dikebumikan. Padahal Rasulullah mengatakan bahwa seorang muslim yang wafat harus segera dikuburkan. “Apa kita berani mengatakan sahabat menyalahi sunnah?” tanya ustadz Abu. Oleh karenanya Islam sangat mementingkan peranan Amir untuk memimpin Daulah Islamiyah. Itupula yang dilakukan Sahabat ketika Rasulullah wafat. Mereka melakukan suksesi untuk mencari pemimpin umat Islam, yang tentunya tidak lewat jalan demokrasi.

Namun banyak orang Islam yang tidak setuju. Ustadz Abu pernah didatangi seorang ulama yang mengatakan perintah menegakkan Negara Islam tidak ada di dalam Al Qur’an. Namun hal itu ditampiknya. Sambil berkelakar, Ustadz Abu membalas, “Kuliah subuh juga tidak ada dalam Al Qur’an,” dan kami pun tersenyum melihat beliau menyelingi dengan canda.
Memang sistem kepemimpinan Islam inilah yang ditakuti musuh-musuh Allah. “Kalau dakwah tujuannya sosial itu gak dianggap bermasalah, tapi jika tujuan dakwahnya untuk tegaknya daulah khilafah pasti diperangi.” Sindirnya.
Hukum seseorang yang berada dalam barisan pendukung thaghut seperti pemerintah saat ini, menurut Ustadz Abu murtad. Oleh karenanya tugas kita lah untuk mendakwahkan kepada mereka. Karena kita diperintahkan oleh Allah, fa man yakfur bit thaghuti wa yu’min biLlah fa qad’istamsaka bil urwatil mutsqa lan fishama laha. Karena itu siapa yang kufur kepada thaghut dan hanya beriman kepada Allah maka ia telah berpegang dengan tali yang sangat kokoh yang tiada akan terurai selamanya. Q.S Al-Baqarah 256.
Oleh karena itu membenahi bangsa ini apapun mediumnya haruslah Syar’i dan memprioritaskan tauhid sebagai perkara uatama. “Ini yang harus diluruskan lewat pengajian dan pendidikkan, tauhid itu apa, iman itu apa.”
Waktu semakin siang. Ruang tahanan beliau mulai hilir mudik didatangi tamu. Tak terasa pertemuan dengan Abu Bakar Ba’asyir berjalan cukup singkat. Rasanya 40 menit belum lah waktu yang pas untuk kami menggali ilmu lebih dalam lagi. Namun apa daya, dibelakang kami masih banyak saudara-sadara semuslim yang ingin bersilaturahim dengan beliau. “Antriannya masih banyak mas,” tutur Ustadz Hasyim, pendamping Ustadz Abu.
Maka kami undur diri sambil memeluk beliau dengan hangat. Ustadz Abu pun menyalami kami satu persatu. Hanya peluk bangga dan untaian doa yang mampu kami berikan. Biarlah doa itu menjadi peneman kami atas kerinduan kami sebagai insane bertauhid kepada beliau. Terus berjuang Ustadz Abu, mercusuar tauhid di bumi Indonesia. Doa kami bersamamu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JENIS SPEDA

Abdurrahman bin Muljam Muslim Taat Yang Sesat Membunuh Ali bin Abi Thalib

Perbedaan Ahlus Sunnah Waljamaah dengan Syi'ah