Masihkah Tersisa Iman di Hati Muslim dan Mukmin Indonesia?
Masihkah
Tersisa Iman di Hati Muslim dan Mukmin Indonesia?
Masihkah
ingat Sabda Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam, di mana beliau menyampaikan
sabdanya : "Barangsiapa melihat kemunkaran, hendaklah merubah
dengan tangannya, jika tidak mampu, maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka
dengan hatinya, dan yang demikian itu tingkatan iman yang paling lemah”.
(Hadist Riwayat Muslim)
Masihkah
hati, mata, dan telinga, tidak mampu melihat kehidupan yang ada sekarang?
Apakah hati, mata, dan telinga, sudah benar-benar tertutup dan terkalahkan oleh kemunkaran?
Sehingga, kemunkaran menjadi terpuji, dicintai, dan digandrungi, dan menjadi
tujuan hidup? Mengapa hati, mata, dan telinga, sudah tidak sedikitpun sensitif,
ketika melihat kemunkaran?
Mengapa
kemunkaran menjadi idola, menjadi kenikmatan hidup, dan menjadi bagian hidup?
Sehingga, seluruh indera dan pisik, hanya diarahkan menuju kepada kemunkaran.
Kemunkaran dan kedurhakaan dikejar, dibela, dan bahkan ditegakkan dalam
kehidupan. Melakukan kemunkaran diyakini sebagai jalan hidup. Melakukan
kemunkaran sebagai pilihan hidup.
Karena
itu, bangsa dan umat ini tenggelam dalam kemunkaran, dan dosa-dosa besar, yang
tak terhitung lagi. Tidak berani menolak terhadap dosa-dosa besar. Tidak berani
melarang, meninggalkan, dan memusuhi kemunkaran. Tetapi, bersatu dengan
kemunkaran, dan hidup dengan kemunkaran. Menjalin dan bersekutu dengan
kemunkaran. Semuanya dianggap sebagai jalan hidup.
Semua
ulama secara ijma’ sepakat menolak kemunkaran hukumnya wajib. Tidak ada selisih
diantara para ulama dan fuqaha. Maka, setiap Muslim dan Mukmin wajib
memberantas kemunkaran yang ada. Baginda Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam
memerintahkan dengan tangan (kekuatan), kalau tidak mampu dengan lisan, dan
kalau tidak mampu dengan hati. Artinya, hatinya harus menolak terhadap
kemunkaran, dan membencinya.
Bagaimana
kalau ada ulama yang terang-terangan mengatakan, bahwa sejuta setan Lady GaGa,
tidak akan mempengaruhi umatnya dan pengikutnya? Di mana kewajiban menegakkan
amar ma’ruf nahi munkar?
Padahal
penyanyi yang berasal dari Amerika Serikat itu, pasti akan mengajak kepada
kemunkaran. Sekurang-kurangnya melalaikan bagi orang-orang yang datang melihat
konser, dan berapa banyak orang yang menonton konser itu, kemudian meninggalkan
kewajiban shalat?
Memberantas
kemunkaran dan mengingkari kemunkaran itu fardhu ‘ain (kewajiban), yang
sifatnya mutlak. Melalui hati mengetahui hal-hal yang ma’ruf (kebaikan),
dan mengingkari kemunkaran melalui hati sebagai fardhu ‘ain bagi Muslim dan
Mukmin dalam kondisi apapun. Barangsiapa yang tidak dapat membedakan antara
kebaikan dengan kemunkaran, maka manusia itu akan celaka. Barangsiapa yang
mengetahui kemunkaran, tetapi tidak mengingkarinya, maka ini menjadi pertanda
hilangnya iman.
Seorang
shahabat Ali radhiyallahu anhu mengatakan : “Jihad menjadi kunci
pertama kemenangan kalian, adalah jihad dengan tangan, lalu dengan lisan, lalu
dengan hati. Barangsiapa yang tidak mengetahui yang baik, dan tidak mengingkari
dengan hatinya kemunkaran yang terjadi, maka ia akan kalah. Sehingga, kondisi
pun berbalik, yang diatas menjadi dibawah”. Maknanya, kemunkaran akan
menguasai kebaikan yang ada pada Muslim dan Mukmin.
Shahabat Ibnu Mas’ud
radhiyallahu anhu mendengar seorang laki-laki berkata, “Celakalah
orang yang tidak melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar”. Mendengar hal itu,
Ibnu Mas’ud lalu berkata, “Celakalah orang yang hatinya tidak mengenal
kemunkaran”.
Sesungguhnya,
mengingkari kemunkaran dengan hati itu dalam kondisi lemah. Tidak seharusnya
Muslim dan Mukmin hanya mampu melihat kemunkaran, hanya mampu mengingkarinya
hanya dengan hati. Karena itu, selemah-lemahnya iman. Kalau hanya mengingkari
dengan hati saja sudah tidak mampu, lantas apa yang akan diperbuat
oleh Muslim dan Mukmin di negeri ini ketika melihat begitu banyak
kemunkaran? Hanya berdiam diri?
Abu
Sa’id al-Khudri radhiyallahu anhu berkata, bahwa Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam,
bersabda, “Pada hari kiamat, Allah Azza Wa Jalla akan bertanya kepada
seseorang, “Apa yang menghalangimu untuk memberantas kemunkaran yang kamu
lihat?” Lalu, Allah mengajarkan, “Ya Rabbi, saya mengharap pengampunan- Mu, dan
saya takut musibah yang akan menimpaku, atau hartaku”. (Hadist Riwayat : Ahmad
dan Ibnu Majah)
Bagaimana
kalau kita sehari-hari melihat dosa besar, dan manusia (orang) itu ridha
terhadap dosa itu, maka sama artinya manusia (orang) itu telah melakukannya
dosa besar.
Al-Urs
bin Umair radhiyallahu anhu, Rasulullah
Shallahu Alaihi Wassalam,bersabda : “Jika satu kemaksiatan dilakukan dimuka
bumi, maka orang yang mengetahui, tapi membecinya, seperti orang yang
tidak mengetahuinya. Sedangkan orang yang melihat dan mendengar dan
merestuinya, maka ia seperti orang yang melihatnya”. (Hadist Riwayat Abu
Dawud)
Bagaimana
bila jutaan Muslim dan Mukmin, yang hari ini, kemudian hati, mata, dan telinganya
melihat begitu banyak kemunkaran, dosa besar, sedangkan tangannya tak
sedikitipun tergerak, lisannya terkunci rapat, dan hatinya mati,
tak tersentuh sedikitpun?
Masih
adakah iman yang tertanam di dalam hati dan dada mereka? Sungguh sangat menyedihkan
melihat Muslim dan Mukmin di negeri ini, yang berkompromi dengan segala
kemunkaran dan dosa. Sampai kapan semua ini? Wallahu’alam. (voa-i)
Komentar
Posting Komentar