George Soros Di Belakang Bos Media Harry Tanoe?
George Soros Di Belakang Bos Media Harry Tanoe?
Bahkan, pada
1982, dalam waktu singkat Soros berhasil meraup keuntungan 1,2 miliar dolar
dalam perdagangan mata uang Poundsterling. Akibatnya, sebagian perekonomian
Inggris hancur. Ia pun dijuluki sebagai “Pria Yang Menghancurkan Pound” (The
Man Who Broke the Pound).
Siapa pula tak mengenal Hary Tanoesudibyo,
seorang bos media yang saat ini sedang mencoba peruntungan politik di Partai
NasDem. Pria yang akrab disapa HT ini juga dikenal ulung mengelola keuangan.
Kendati umurnya masih relatif muda, ia sudah mampu menguasai berbagai sektor penting,
utamanya industri media.
Lantas, bagaimana keduanya bisa sehebat itu?
Benarkah ada hubungan khusus di antara keduanya? Benarkah HT sengaja dipakai
Soros untuk menguasai perekonomian Indonesia?
Info beredar, keduanya memang telah lama
menjalin persahabatan. Salah satu indikasi persahabatan itu, Soros punya 15
persen saham di PT Bhakti Investama, milik HT. Perusahaan ini beberapa waktu
lalu pernah terseret kasus penyuapan yang diungkap KPK.
Soros juga disebut-sebut berkaitan erat
dengan skandal Bank Century. Itu karena Soros memiliki 19 persen saham di Bank
CIC, cikal bakal merger Bank Century. Dengan cerdas, Soros lalu merampok kas
Indonesia di pasar modal Indonesia.
Itu dia lakukan melalui Bank CIC, Bank Pikko,
dan Bank Danpac disatukan menjadi Bank Century. Caranya, Bank CIC melakukan
transaksi surat-surat berharga (SSB) fiktif senilai 25 juta dolar AS yang
melibatkan Chinkara. Pada 2003, Bank CIC memiliki surat berharga dalam valuta
asing sekitar Rp 2 triliun dan US Treasury Strips senilai 185,36 juta dolar AS.
Selanjutnya, Bank Indonesia pada 2004
menyetujui proses merger Bank Pikko dan Bank Danpac ke dalam Bank Century.
Robert Tantular menjadi pemegang saham Bank Century bersama Alwarraq Hesyam
Talaat dan Rafat Ali Rizvi tanpa fit and proper test sebagai bankir. Paska
merger tersebut, Soros dikabarkan lebih banyak berperan di belakang layar,
karena Bank Century dianggap sudah mampu dikendalikan Robert Tantular.
Kiprah Soros lainnya adalah pernah terlibat
dalam proses tender saham yang dimiliki pemerintah di PT Astra International
Tbk. Soros menyusup ke Astra melalui PT Bhakti Investama yang sahamnya dimiliki
Quantum Fund, induk perusahaan milik Soros. Nilai investasi Soros saat itu
diperkirakan sekitar Rp 203,5 miliar.
Dalam berbagai kebijakan HT, kuat dugaan ada
Soros yang setia melindunginya dari belakang layar. Termasuk ketika HT membeli
saham Bentoel, SCTV, Astra Internasional, dan PT Artha Graha Investama Sentral
(AGIS). Soros memberikan konsultasi agar HT fokus pada bisnis media cetak dan
televisi. Alasannya, prospek bisnisnya cukup besar.
Atas saran Soros, HT lantas melepas saham
SCTV dan membeli RCTI dari Bimantara, kemudian memborong saham TPI (sekarang
MNC TV) dan Global TV. Saham HT lalu melebar ke Music Televisi Indonesia ,
radio Trijaya dan ARH, Harian Seputar Indonesia dan Tabloid Gennie; Majalah
Trust (sekarang Majalah Sindo). Konsep yang ditawarkan Soros adalah dengan
menguasai industri media, maka bisnis lain akan terbantu. Termasuk mampu
menembus dunia politik. Usai meraup keuntungan dari industri media, Soros-HT
lalu membidik pasar telekomunikasi dengan layanan seluler Fren.
Lihat saja, dua presenter Indonesia yakni
Rosianna Silalahi (SCTV) dan Putra Nababan (RCTI) pernah mewawancarai dua
presiden AS. Rosianna untuk Presiden Bush, sementara Putra untuk Presiden
Obama. Ditengarai, keberhasilan dua presenter itu juga tidak terlepas dari jasa
Soros.
Sejak awal, HT memang sudah dipersiapkan
Yahudi AS untuk menguasai Indonesia. Hal itu ia peroleh saat masih kuliah di
Ottawa University, Kanada. Saat itu, HT sudah berpengalaman bermain saham di
bursa Toronto.
Soal terjunnya HT ke dunia politik tentu saja
bukan karena kebetulan. Meski harus diakui, langkah HT tersebut mendapat
perlawanan ‘kecil’ dari kaum nasionalis. Bukan kebetulan juga ketika HT
menjanjikan modal Rp 5 miliar bagi kader NasDem yang ingin bertarung di Pemilu
Legislatif 2014 nanti.
Kepiawaian HT menggoreng pundi-pundi Keluarga
Cendana (Titik Prabowo dan Bambang Soeharto) melalui PT Bhakti Investama juga berasal
dari Soros. Kesimpulannya, Soros-HT memang memiliki kisah yang mirip. Atau
boleh disebut, HT adalah anak didik sang miliarder Soros.
Benarkah? (Pizaro/Monitor/www.globalmuslim.web.id)
Komentar
Posting Komentar