Kisah Cinta Di Balik Qurban Mak Yati
10/31/2012
04:20:00 PM | Posted by Faguza Abdullah
Islamedia - Rasanya masih hangat ditelinga kita dengan kisah perjuangan untuk dapat berqurban yang dilakukan oleh pasangan suami istri yang berprofesi sebagai pemulung. Mak Yati yang berusia 55 tahun dan suaminya Maman yang berusia 35 tahun, berusaha selama 3 (tiga) tahun untuk mengumpulkan uang dari hasil mereka memulung setiap hari dimana penghasilan mereka jika digabung maka hanya akan terkumpul sebesar Rp 25 ribu bahkan kambing yang dikurbankan menjadi yang terbesar di Masjid Al Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan.
Tak sedikit tulisan hikmah yang dapat diambil dari kisah semangat mereka
untuk berqurban dan tak sedikit pula rasa malu karena justru kalah dalam
beramal dengan penghasilan yang melebihi dari mak yati dan suaminya dapatkan.
Tapi kemudian ada sebuah kisah cinta yang cukup menarik dibalik kisah qurban
ini.
Mak Yati yang berusia 55
tahun dan suaminya Maman yang berusia 35 tahun, ada jarak yang sangat jauh yang
menyatukan cinta mereka. 20 tahun jarak usia diantara mereka dengan kondisi Mak
Yati lebih tua dari usia usia suaminya. Jarak usia pernikahan yang akan sangat
jarang kita temui saat ini, jikapun ada hal ini hanya terjadi dengan kondisi
sebaliknya dimana si laki-laki yang terpaut usia lebih tua daripada si wanita.
Dengan jarak usia yang
terpaut sangat jauh mereka berhasil memadukan segala unsur perbedaan yang ada
diantara mereka. Terutama suami mak Yati, ada keingintahuan motifasi cinta apa
sehingga begitu lega menerima cinta mak yati yang terpaut usia 20 tahun lebih
tua dari dirinya. Dan kemudian keberhasilan terbesar dari kisah cinta mereka
adalah mereka dapat membuat perbedaan usia menjadi jalan untuk berjuang dan
beramal bersama.
Tiga tahun mengumpulkan
uang untuk berkurban dengan 2 (dua) ekor kambing seharga Rp 1 juta dan Rp 2
juta tentunya membutuhkan kesabaran cinta yang luar biasa. Sang suami
yang sabar untuk wujudkan impian istrinya untuk berqurban dan sang istri
memberikan semangat kepada suami bahwa ini adalah amal yang harus di
tunaikan. Cerita mak Yati-pun tak sedikit yang menertawakan “Pada ketawa,
bilang sudah pemulung, sudah tua, nggembel, ngapain qurban,” tapi dengan penuh
keyakinan mak Yati mengatakan “saya pikir sekali seumur hidup masak tidak
pernah qurban. Malu cuma nunggu daging kurban”.
Ikhwahfillah
Kisah cinta mak Yati dan
suaminya Maman bukan inspirasi biasa, tapi ini merupakan inspirasi luar biasa
bahwa kecantikan, harta, kedudukan atapun keturunan tak menjamin akan bisa
membawa kita ke surga. Pilihan menikahi seorang wanita ataupun seorang pria
karena agamanya bukanlah sebuah pilihan yang salah tapi itu adalah merupakan
pilihan Allah subhanahuwata’ala dalam janjinya.
“Wanita
dinikahi karena empat alasan. Hartanya, keturunannya, kecantikannya,atau
agamanya. Pilihlah karena agamanya, niscaya selamatlah engkau.” (HR.Muslim)
Tak ada
di antara kita yang mendamba membawa keluarganya masuk ke dalam neraka, tapi
keinginan-keinginan ini telah sampai mana kita wujudkan? Pertanyaan yang patut untuk direnungkan sehingga keinginan-keinginan
tersebut tidak hanya sekedar menjadi impian sebelum dimulainya maghligai
pernikahan.
Pilihlah pasangan hidup
kita sesuai dengan harapan dan impian kita, dan siapa yang tau harapan dan
impian tersebut hanyalah kita. Allah subhanahuwata’ala akan mempertemukan kita
dengan seseorang yang sama-sama mencintai apa-apa yang kita dicintai. Perbaikilah
cinta kita pada apa yang seharusnya kita mencinta.
Komentar
Posting Komentar